Dua hari yang lalu, desa kami dihebohkan dengan kehilangan beberapa utas jaring. Kabar itu begitu cepat beredar. Bersama angin laut yang menerpa semua fakta dan kian menjadi cerita. Emak mendengar kabar itu dari tetangga kami. Tapi apa yang didengar bukanlah sekadar cerita. Melainkan fakta yang begitu menyayat hati. Menurut cerita Mak Timah, tetangga kami, ayahlah sang pencuri jaring itu. Jaring milik Pak Ahmad, ketua nelayan desa kami.
“Aku bukan hendak menuduh suami mu, Jah.” Kata Mak Timah sambil memegang pundak Emak. “Tapi apa yang aku dengar ini mungkin lebih baik aku ceritakan kepada mu sebelum orang lain bercerita”. Emak hanya diam dan menundukkan wajah saat Mak Timah berkata kepadanya.
“Ceritalah, kak. Aku pun ingin mendengarnya”. Suara Emak pelan. “Betul kau tak marah dengan apa yang inginku katakan?”. Sambut Mak Timah. “Tidak, apa hendak dimarah. Aku pun telah mendengar kabar ini sebelumnya”. Jawab Emak sambil menatap hampa ladang padi yang menghijau.