Warga Desa di Anak Tirikan oleh Pemerintah Kota

|
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bagaimana jika salah satu sila yang terdapat pada Pancasila ini kita ganti menjadi kalimat seperti ini,“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat kota.” Apakah anda setuju? Tanpa resmi diganti, beginilah kenyataan yang pada
ada di Negeri Bertuah ini. Pernyataan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” zaman sekarang tidak berlaku lagi. Keadilan yang “katanya” bagi seluruh rakyat Indonesia itu tidak dirasakan bagi mereka rakyat Indonesia yang hidup nun jauh disana, dipelosok desa. Jangankan desa terpencil.

Keadilan sepertinya tidak pernah wujud dalam kehidupan masyarakat kita. Buktinya sangat banyak sekali. Salah satunya adalah, akses jalan raya. Jalan merupakan salah satu bukti kemajuan suatu daerah. Jalan ini merupakan salah satu jenis pembangunan di daerah yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi apa yang terjadi di kota Bengkalis kota Terubuk. Mungkin bukan hanya di negeri kami, juga di negeri mereka yang berada pada jarak sedikit jauh dari wilayah kota.

Di Negeri Bertuah ini keadilan tidak kami rasakan. Kami yang hidup di daerah luar batas kota merasa di anak tirikan oleh pemerintah kota. Akses jalan kami, sangat memperihatikan. Beton yang diselimuti aspal yang dibuat sejak berpuluh-puluh tahun lampau, kini sudah lapuk. Jalan kami sudah tua. Sudah ompong. Berlubang. Bahkan besi angkernya tercancang-cancang di tengah jalan. Besi anker itu seakan protes, mengapa jalan itu tidak diperbaiki. Sedangan jalan di wilayah kota, masih mulus malah di aspal goreng lagi. Apa bukan meganaktirikan penduduk desa namanya ini?.

Lalu dimana letak keadilan Negeri Bertuah ini? Mengapa mereka para pejabat yang berkuasa lagi bijak sana tak mampu menganalisa masalah ini. Di kota atau di desa, kami adalah rakyat Indonesia. Kami butuh keadilan sosial. Kami di desa juga memerlukan jalan sebagai pendukung transportasi. Untuk kami bekerja, untuk anak kami sekolah, untuk kami menjual hasil laut kami, yang merupak lauk bagi mereka para pejabat dan orang kota yang tampangnya kaya.

Saya merasa tidak adil jika pemerintah hanya memperbaiki akses jalan yang terdapat di wilayah kota. Alasannya selain jalan yang diperbaiki itu masih bagus, juga membazir. Mengapa dana untuk memperbaiki jalan kota yang masih “sudah bagus” itu digunakan untuk memperbaiki jalan desa yang sudah rusa. Penduduk desa tidak meminta aspal goreng hanya meminta jalan beton yang kukuh. Bukan jalan beton yang rapuh. Yang setahun dua telah hancur lebur bagaikan bubur. Kami ingin penduduk desa juga di anggap sebagai rakyat Indonesia. Sehingga keadilan itu benar-benar nyata bagi kami. Saya yakin mereka yang duduk di pemerintahan, adalah orang-orang yang bijak. Yang bisa menata Negeri Bertuah ini menjadi lebih baik. Bahkan sungguh besar harapan kami, bahwa “keadilan sosial bagi seluruh rakyat kota dan rakyat perdesaan”. Amin...

0 komentar:

Posting Komentar